Sabtu, 19 November 2011

NEGARA PALING ISLAMI SEDUNIA

Oleh Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Sebuah penelitian sosial bertema ”How Islamic are Islamic Countries” menobatkan Selandia Baru berada di urutan pertama negara yang paling Islami di antara 208 negara, diikuti Luksemburg di urutan kedua. Sementara Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim menempati urutan ke-140.

Adalah Scheherazade S Rehman dan Hossein Askari dari The George Washington University yang melakukan penelitian ini. Hasilnya dipublikasikan dalam Global Economy Journal (Berkeley Electronic Press, 2010). Pertanyaan dasarnya adalah seberapa jauh ajaran Islam dipahami dan memengaruhi perilaku masyarakat Muslim dalam kehidupan bernegara dan sosial?

Ajaran dasar Islam yang dijadikan indikator dimaksud diambil dari Al Quran dan hadis, dikelompokkan menjadi lima aspek. Pertama, ajaran Islam mengenai hubungan seseorang dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Kedua, sistem ekonomi dan prinsip keadilan dalam politik serta kehidupan sosial. Ketiga, sistem perundang-undangan dan pemerintahan. Keempat, hak asasi manusia dan hak politik. Kelima, ajaran Islam berkaitan dengan hubungan internasional dan masyarakat non-Muslim.

Setelah ditentukan indikatornya, lalu diproyeksikan untuk menimbang kualitas keberislaman 56 negara Muslim yang menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), yang rata-rata berada di urutan ke-139 dari sebanyak 208 negara yang disurvei.

Pengalaman UIN Jakarta

Kesimpulan penelitian di atas tak jauh berbeda dari pengalaman dan pengakuan beberapa ustadz dan kiai sepulang dari Jepang setelah kunjungan selama dua minggu di Negeri Sakura. Program ini sudah berlangsung enam tahun atas kerja sama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, dengan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

Para ustadz dan kiai itu difasilitasi untuk melihat dari dekat kehidupan sosial di sana dan bertemu sejumlah tokoh. Setiba di Tanah Air, hampir semua mengakui bahwa kehidupan sosial di Jepang lebih mencerminkan nilai-nilai Islam ketimbang yang mereka jumpai, baik di Indonesia maupun di Timur Tengah. Masyarakat terbiasa antre, menjaga kebersihan, jujur, suka menolong, dan nilai-nilai Islam lain yang justru makin sulit ditemukan di Indonesia.

Pernyataan serupa pernah dikemukakan Muhammad Abduh, ulama besar Mesir, setelah berkunjung ke Eropa. “Saya lebih melihat Islam di Eropa, tetapi kalau orang Muslim banyak saya temukan di dunia Arab”, katanya.

Kalau saja yang dijadikan indikator penelitian untuk menimbang keberislaman masyarakat itu ditekankan pada aspek ritual-individual, saya yakin Indonesia menduduki peringkat pertama menggeser Selandia Baru. Jumlah yang pergi haji setiap tahun meningkat, selama Ramadhan masjid penuh dan pengajian semarak di mana-mana. Tidak kurang dari 20 stasiun televisi di Indonesia setiap hari pasti menyiarkan dakwah agama. Terlebih lagi selama bulan Ramadhan, hotel pun diramaikan oleh tarawih bersama. Ditambah lagi yang namanya ormas dan parpol Islam yang terus bermunculan.

Namun, pertanyaan yang kemudian dimunculkan oleh Rehman dan Askari bukan semarak ritual, melainkan seberapa jauh ajaran Islam itu membentuk kesalehan sosial berdasarkan ajaran Al Quran dan Hadis.

Contoh perilaku sosial di Indonesia yang sangat jauh dari ajaran Islam adalah maraknya korupsi, sistem ekonomi dengan bunga tinggi, kekayaan tidak merata, persamaan hak bagi setiap warga Negara untuk memperoleh pelayanan Negara dan untuk berkembang, serta banyak aset sosial yang mubazir. Apa yang dikecam ajaran Islam itu ternyata lebih mudah ditemukan di masyarakat Muslim ketimbang negara-negara Barat. Kedua peneliti itu menyimpulkan:
… it is our belief that most self-declared and labeled Islamic countries are not conducting their affairs in accordance with Islamic teachings – at least when it comes to economic, financial, political, legal, social and government policies.
Dari 56 negara anggota OKI, yang memperoleh nilai tertinggi adalah Malaysia (urutan ke-38), Kuwait (48), Uni Emirat Arab (66), Maroko (119), Arab Saudi (131), Indonesia (140), Pakistan (147), dan terburuk adalah Somalia (206). Negara barat yang dinilai mendekati nilai-nilai Islam adalah Kanada di urutan ke-7, Inggris (8), Australia (9), dan Amerika Serikat (25).

Sekali lagi, penelitian ini tentu menyisakan banyak pertanyaan serius yang perlu juga dijawab melalui penelitian sebanding. Jika masyarakat atau negara Muslim korup dan represif, apakah kesalahan ini lebih diakibatkan oleh perilaku masyarakatnya atau pada sistem pemerintahnya? Atau akibat sistem dan kultur pendidikan Islam yang salah? Namun, satu hal yang pasti, penelitian ini menyimpulkan bahwa perilaku sosial, ekonomi, dan politik negara-negara anggota OKI justru berjarak lebih jauh dari ajaran Islam dibandingkan negara-negara non-Muslim yang perilakunya lebih Islami.

Semarak dakwah dan ritual

Hasil penelitian ini juga menyisakan pertanyaan besar dan mendasar: mengapa semarak dakwah dan ritual keagamaan di Indonesia tidak mampu mengubah perilaku sosial dan birokrasi sebagaimana yang diajarkan Islam, tapi justru dipraktikkan di negara-negara sekuler?

Tampaknya keberagamaan kita lebih senang di level dan semarak ritual untuk mengejar kesalehan individual, tetapi menyepelekan kesalehan sosial. Kalau seorang Muslim sudah melaksanakan lima rukun Islam – syahadat, shalat, puasa, zakat, haji – dia sudah merasa sempurna. Semakin sering berhaji, semakin sempurna dan hebatlah keislamannya. Padahal misi Rasulullah itu datang untuk membangun peradaban yang memiliki tiga pilar utama: keilmuan, ketakwaan, dan akhlak mulia atau integritas. Hal yang terakhir inilah, menurut Rehman dan Askari, dunia Islam mengalami krisis.

Sekali lagi, kita boleh setuju atau menolak hasil penelitian ini dengan cara melakukan penelitian tandingan. Jadi jika ada pertanyaan:

How Islamic are Islamic Political Parties? menarik juga dilakukan penelitian dengan terlebih dahulu membuat indikator atau standar berdasarkan Al Quran dan Hadis. Lalu diproyeksikan juga untuk menakar keberislaman perilaku partai-partai yang mengusung simbol dan semangat agama dalam perilaku sosialnya.

Sumber: Kompas

.........TERKAIT.........

13 komentar:

  1. YANG SALAH ADALAH PADA SISTEM PEMERINTAHAN KITA SENDIRI YANG PARA PEJABAT-PEJABAT PEMERINTAHANNYA LEBIH MEMENTINGKAN INDIVIDU DAN GOLONGANNYA,NAMUN TIDAK MEMIHAK KEPADA RAKYAT. PEJABAT PEMERINTAHAN TERSEBUT HANYA KTP SAJA BERLABELKAN ISLAM,TAPI HATINYA BUTA,TELINGANYA TULI SERTA MENUTUP MATA TERHADAP SEMUA YANG TERJADI DI NEGERI INI.MEREKA JUAL KEKAYAAN NEGERI INI UNTUK DIRI PRIBADI DAN KELOMPOKNYA,YANG SEHARUSNYA UNTUK KEMAKMURAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDONESIA. SISTEM KAPITALISME YANG DIJALANKAN PARA PENGUSAHA,JUGA ADANYA KELOMPOK ISLAM YANG TERGABUNG DALAM JARINGAN ISLAM LIBERAL TURUT MELEMAHKAN NEGERI INI DARI BANGKITNYA NEGERI ISLAM DI TANAH AIR TERCINTA INI. IBARAT ORANG SAKIT NEGERI INI SEDANG MENGALAMI KANKER YANG SUDAH AKUT,AKIBAT PERBUATAN KORUPSI YANG DILAKUKAN OLEH PARA PEJABAT DI REPUBLIK INI. NEGERI INI PERLU SEGERA DI OBATI AGAR DAPAT BANGKIT KEMBALI. PARA KORUPTOR HARUS DI HUKUM SEBERAT-BERATNYA,DITERAPKANNYA KEBIJAKAN HUKUM YANG LEBIH MEMIHAK KEPADA RAKYAT,MELEPASKAN DIRI DARI KETERIKATAN KAFIR AMERIKA DAN NEGARA YAHUDI LAINNYA.PERLU KESATUAN SELURUH UMMAT ISLAM,SERTA KONSISTENSINYA DALAM MENJALANKAN SYARIAT ISLAM AGAR NEGERI INI MENJADI NEGERI YANG DI SEGANI,BAIK OLEH KAWAN ATAUPUN LAWAN. SATU KATA " TEGAKKAN SYARI'AT ISLAM DI NEGERI TERCINTA INDONESIA " " ALLAHU AKBAR ".

    BalasHapus
  2. Yang Salah adalah orang - orang yang suka menyalahkan orang lain, dan tidak mau introspeksi diri...........

    BalasHapus
  3. Seharusnya tdk perlu mencantumkan label agama kedalam suatu obyek penelitan,apalagi dg prinsp2 ilmiah.Besok2 akan ada matematika islam,ilmu kimia islam,ilmu bedah islam,ilmu angkasa islam,ilmu satelit islam.Lalu ada antropologi islam,Sosiologi islam atau ilmu nuklir islam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

      Hapus
  4. Ngarang amat. If it was true, Indonesia bukan di urutan 140 dong, secara Indonesia kan mayoritasnya agama Islam yg berarti yg menjalankan norma2 Islam lebih banyak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Akur, Bung. Termasuk korupsi juga ya? Jadi kasus seperti korupsi dana pengadaan Al-Quran itu ngarang banget, gak masuk akal blas!

      Hapus
    2. Banyak atau tidaknya orang yang beragama Islam dalam sebuah negara tidak menjamin kalau negara itu mempraktekkan nilai2 Islami, malahan menurut saya di mana ada mayoritas suatu golongan di situ rawan penyimpangan dari ajaran golongan itu sendiri. Jadi masuk akal juga penelitian ini karena yang dinilai bukan penampilan luar atau kulitnya saja seperti pemahaman kebanyakan orang di negeri kita (contoh: mengenakan pakaian muslim, sering sholat, ngomongnya pake istilah2 bahasa arab tapi tindakan korupsi dan tindakan dzalim yang lain jalan terus).

      Saya yakin kalau diadakan penelitian serupa untuk negara2 lain hasilnya juga sama. Negara yang paling menerapkan nilai2 ajaran agama x adalah negara yang penduduknya bukan mayoritas beragama x.

      Hapus
    3. Ralat: negara2 harusnya agama2 (paragraf 2)

      Hapus
  5. Ya memang kita orang Indonesia pada dasarnya tidak islami kok... Gak usah hal-hal rumit dan jumbo mumbo semacam korupsi..contoh kecil ajalah.
    Coba aja jalan di ruas jalan manapun, akan selalu ketemu sama (maaf) air ludah di aspal/trotoar. Bukankah islam mengajarkan thaharah?
    Coba aja antri di kedai kebab pasar mayestik misalnya, disana tidak ada garis antrian, akan selalu ditemukan ibu-ibu berjilbab nyelak antrian minta dibuatkan lebih dahulu..
    Coba aja berhenti di traffic light pada saat lampu kuning dan keadaan depan sedang padat, akan ada beberapa pengemudi yang membunyikan klakson dengan geram dibelakang kita.
    Setuju sekali sama pak Komarudin Hidayat ini,,orang islam Indonesia cuma alim untuk diri sendiri tapi saat hidup di sosial tidak tercermin keislamannya.
    Saya islam dan saya orang Indonesia,,dan seperti islam Indonesia lain, saya juga kurang islami, salah satunya merasa putus asa dan pesimis akan kehidupan yang lebih islami di Indonesia.

    BalasHapus
  6. Sangat pas dg lingkungan sekitar saya. Bahasa singkat saya untuk bangsaku hanya satu kata MUNAFIK...YA....MUNAFIK,,,,,,!

    BalasHapus
  7. Saya tidak setuju dgn penelitian tsb.setelah saya baca penelitian tsb tidak mencerminkan negara islami, karena memasukkan unsur liberal, detailny bisa dibaca di:http://jejakrina.wordpress.com/2011/12/27/ketidaksesuaian-penelitian-how-islamic-are-islamic-countries-dengan-data-statistik-kriminal/

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin ada yang berminat menyusun Indikator ISLAMI dari Indikator kesatu sampai indikator kesekian??

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...