Selasa, 08 Juli 2014

Kualitas Interaksi, Cermin Spiritualitas Diri

Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA menyebutkan dalam buku ”Menabur Pesan Ilahi: Al-Qur’an dan Dinamika Kehidupan Masyarakat” bahwa Rasulullah saw. menjelaskan agama dalam satu kalimat singkat: Ad-Dîn Al-Mu’âmalah yang artinya, agama adalah interaksi.

Lebih lanjut, Quraish Shihab menjelaskan bahwa interaksi yang dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara manusia, dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan lingkungan, serta dengan diri sendiri.  Islam diciptakan untuk memperbaiki akhlak manusia, yang banyak tercermin dalam interaksi-interaksi tersebut. Karena itu, keislaman seseorang, seberapa jauh ia mengenal, memahami, dan menyerap agamanya, dapat dinilai dari baik buruknya interaksi yang dilakukannya dengan semua pihak yang disebutkan di atas.

Dengan Tuhan, manusia jelas terhubung sebagai makhluk ciptaan-Nya, hamba dari Sang Pencipta yang Maha Kuasa. Dalam Al-Qur’an sendiri disebutkan:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Segala bentuk interaksi dengan Allah swt. karenanya didasarkan pada hubungan tersebut. Sebagai hamba yang mengabdi, bergantung, dan berserah diri. Semua berada dalam kuasa-Nya, tergantung izin dan ridha-Nya, maka kita sebagai manusia sudah sepatutnya mendekatkan diri kepada-Nya, mengikuti segala perintah-Nya, melakukan usaha maksimal sebagai bentuk ibadah kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat dan do’a kita berinteraksi dengan Allah, melainkan juga dalam segala kegiatan kita sehari-hari. Dalam interaksi yang baik, kita senantiasa merasakan kehadiran Allah dalam setiap gerakan kita, menguatkan setiap langkah, memudahkan setiap kesulitan. Kita selalu mengingat Allah dan Allah selalu menjaga kita dalam setiap tarikan nafas.

Interaksi-interaksi lainnya, dengan sesama manusia, dengan lingkungan sekitar, serta dengan diri sendiri, dilakukan berdasarkan interaksi pertama serta paling utama tadi. Semua interaksi tersebut juga berkaitan erat dan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Interaksi dengan manusia, lingkungan, dan diri sendiri, dilakukan sebagai bagian dari ibadah kepada Allah. Kasih sayang yang dilimpahkan Allah, tujuan penciptaan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi serta rahmat bagi semesta alam, diterapkan dalam berbagai bentuk interaksi yang kita lakukan.

Jika sudah demikian, kita akan belajar untuk lebih menghargai orang lain dengan segala perbedaan yang dimilikinya, berusaha untuk berprasangka baik, menjalin hubungan baik, dan tidak memberikan hal lain kecuali manfaat dan kebaikan. Begitu pula dengan lingkungan sekitar, termasuk seluruh makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Kita akan lebih menyayangi serta menjaga mereka, hidup selaras dan menciptakan kehidupan yang lebih baik untuk kedua belah pihak.

Terakhir namun tak kalah pentingnya, kita akan menjalin hubungan baik dengan diri sendiri. Berusaha mengenali segala potensi, kelebihan dan kekurangan, kemudian memanfaatkannya dengan maksimal. Hidup dengan penuh kesadaran. Menemukan jati diri, kecintaan, dan kontribusi unik yang dapat kita sumbangkan pada dunia.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR Al-Bukhari dan Malik).

Sumber: Alif

.........TERKAIT.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...