Kamis, 23 Oktober 2014

Hemat Energi

"Kita masih memakai energi terlalu banyak untuk kegiatan-kegiatan yang kurang produktif. Kita masih memakai energi terlalu boros dibandingkan manfaat yang kita peroleh."

Membaca pernyataan itu, terlintas dalam benak saya dua surat yang sering dibaca oleh umat Islam, yakni surat Yasin dan Al Waqi'ah. Sayang, kita hanya membacanya tanpa menghayati maksudnya, bahkan sebagian dari kita membacanya untuk tujuan yang tidak sesuai. Bukankan ada yang membacanya guna mendapat rezeki tanpa usaha?

Kedua surat di atas berbicara tentang "pohon hijau" atau energi yang diperoleh melalui proses fotosintesis, yakni proses penggabungan secara biokimia oleh tumbuh-tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari. Pohon hijau adalah klorofil atau zat hijau daun dalam istilah ilmuwan. Istilah Al Quran lebih tepat, karena zat itu tidak hanya terdapat pada daun tetapi seluruh pohon yang berwarna hijau. Begitu kata ilmuwan Muslim.

Dalam surat Yasin ayat 80, Allah menegaskan: Dia yang menjadikan untuk kamu pohon hijau, maka serta merta kamu dapat membakar darinya. Dalam surat Al Waqi'ah ayat 73, setelah "menanyakan" siapa pencipta pohon hijau itu - apakah Allah atau manusia - ditegaskan bahwa pohon hijau atau energi itu Kami jadikan sebagai peringatan serta bahan (bakar) untuk dimanfaatkan yang berjalan (dan berdiam di tempatnya).

Bahwa ia dimanfaatkan untuk yang disebut di atas, jelas kebenarannya. Karena tidak satu pejalan pun - baik dengan kaki maupun dengan motor, di darat, laut, udara - yang tidak menggunakan energi, demikian pula yang diam ditempatnya.

Tetapi bagaimana dengan peringatan itu? Ayat di atas tidak menjelaskan, tetapi ketika sebelumnya berbicara tentang air, dinyatakan bahwa air tawar dapat beralih menjadi panas dan asin, karenanya, "tidakkah kamu mensyukurinya?" demikian imbauan Al Quran.


Mensyukuri sesuatu adalah menggunakannya dengan baik, wajar, serta sesuai dengan tujuan ia diciptakan. Tuhan enggan disalahkan, enggan juga dinilai tidak mempersiapkan sumber daya alam yang memadai: Dia telah menganugrahkanmu segala yang kamu butuhkan, Jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak mampu menghitungnya, sesungguhnya manusia sangat aniaya lagi sangat kufur (QS 14:34).

Sunber daya alam itu melimpah, tidak dapat dihitung banyaknya, atau katakanlah tidak terbatas. Jika manusia merasakan keterbatasannya, maka itu karena dua kesalahan mereka, yaitu sikap aniaya dan sikap kufur. Boleh jadi ia bersikap aniaya terhadap sumber daya alam dengan cara memboroskan dan menyia-nyiakannya, juga terhadap orang atau makhluk lain dengan cara mengambil porsi mereka sehingga mengakibatkan tak ada pemerataan. Sedangkan kekufuran, antara lain, berarti tidak tampak ke permukaan. Bukankah kufur berarti "menutupi"?

Pemborosan dilarang oleh agama. Bukan saja karena merugikan si pemboros, tetapi merugikan juga pihak lain. Karena itu, janganlah berkata kala ditegur : "Saya mampu membayar." Pemborosan dengan dalih kebajikan pun dilarang, "Tidak ada kebaikan di dalam pemborosan, tidak ada pula pemborosan (walau) dalam kebaikan. Walau di sungai, jangan berwudhu secara berlebih-lebihan." begitulah sabda Nabi.[]

M. Quraish Shihab: Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman  328-330

.........TERKAIT.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...