Jumat, 01 Mei 2015

Makna Kata Umat

Kata "umat" sangat populer, khususnya di kalangan umat Islam, sayang maknanya sering tidak dipahami bahkan sering disalahpahami. Kata ini berakar dari kata yang berarti "tumpuan", "sesuatu yang dituju", dan "tekad". Dari kata yang sama dibentuk kata umm yang berarti "ibu", yang merupakan tumpuan seorang anak.

Ali Syari'ati dalam bukunya Al-Ummah wa Al-Imamah, menguarikan lebih rinci kata ini. Makna akar ini, tulisnya, mengandung tiga pesan pokok, yakni pergerakan, tujuan, serta ketetapan atas dasar kesadaran penuh. Makna-makna ini lebih jauh mengandung makna lain yang tidak kurang dalamnya, yakni pilihan, kemajuan, arah.

Itu sebabnya, dari akar kata ini pula dibentuk kata-kata lain yang berarti depan, pemimpin, keteladanan, jalan yang jelas, waktu, dan kelompok, yang kesemuanya menjadi prasyarat kemajuan umat.

Al-Quran menggunakan kata ini untuk menggambarkan adanya ikatan-ikatan tertentu yang menghimpun sesuatu. Manusia adalah umat pada saat terjalinnya ikatan yang menghimpun mereka, burung pun demikian, juga waktu yang dialami bersama oleh satu kelompok, bahkan termasuk juga seorang tokoh yang sangat berpengaruh. Himpunan juga dinamai Al-Quran "umat", seperti "agama" dan waktu. Demikian luas dan luwes arti kata "umat".

Manusia, sebagai satu umat, harus terhimpun dalam satu wadah menuju arah tertentu yang diupayakan melalui gerak langkah ke depan, di bawah satu kepemimpinan dan keteladanan. Wadah itu, boleh jadi kemanusiaan, etnis, kebangsaan, agama, dan sebagainya.

Cendekiawan Mesir kenamaan, Dr. Muhammad Imarah, berpendapat bahwa negara yang dibentuk oleh Nabi di Madinah, secara jelas dalam piagamnya, telah dibedakan antara umat yang diikat oleh agama yang sama dan umat yang terdiri dari berbagai etnis namun diikat oleh himpunan kebijakan politik yang sama. Kendati keduanya berbeda atau dibedakan secaja jelas, namun keduanya dipadukan dalam satu wadah dan wadah itu dinamai umat. Kalau demikian, ada umat yang dihimpun oleh agama atau nilai, ada umat yang dihimpun oleh satu bangsa dengan berbagai etnis, dan ada pula umat manusia yang dihimpun oleh kemanusiaannya. Muhammad saw., dalam Piagam Madinah, membentuk negara yang menghimpun manusia di wilayah Madinah menjadi satu umat dengan keragaman agama dan etnis.

Uraian ini muncul kembali ke benak saya pada suasana proklamasi kemerdekaan kita, dan suasana perpecahan yang melanda wilayah yang tadinya telah menjadi satu umat. Bosnia diperangi Serbia. Di sana kekejaman melanda manusia-manusia yang tak berdosa, peselisihan etnis diperuncing oleh perbedaan agama, dan itu terjadi akibat kegagalan memadukan keduanya dalam satu wadah. Dunia bersimpati kepada Bosnia bukan karena keterikatan pada satu agama, tetapi karena mereka teraniaya. Penganiayaan itu tercermin dalam pemerkosaan etnis yang mereka ingin membersihkan dan mengusirnya demi memperluas wilayah yang dihuni oleh etnis yang lain. Kemanusiaan menuntut pemihakan kepada yang dianiaya, dan itulah perwujudan dari keberadaan kita sebagai umat manusia.

Sebagai umat Islam, kita bersimpati kepada mereka, bukan saja karena sebagian penduduknya Muslim, tetapi karena Islam selalu mendambakan keadilan walaupun terhadap lawan.

Sebagai bangsa, kita bersyukur menjadi satu umat dalam satu wadah Negara Kesatuan yang direkat oleh Pancasila dan UUD 1945. Semoga Allah memelihara kita[]

M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, halaman 372-374.

.........TERKAIT.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...