SEMAKIN ramai agama dalam percakapan, semakin terasa pentingnya orang menemukan kembali gua yang hilang. Saya kira itulah yang saya temukan dalam membaca kisah Hayy Ibnu Yaqzan, yang ditulis Ibnu Tufayl, pemikir Spanyol abad ke-12 itu.
Tampilkan postingan dengan label Kolom. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kolom. Tampilkan semua postingan
Minggu, 12 Juni 2011
Jumat, 25 Maret 2011
HARGA DIRI AYAM
Emha Ainun Nadjib |
Ayam juga makhluk dunia, warga dunia, bagian dari alam, peliharaan Pak Kardjo, temannya ayam lain, putra atau putrinya bapak ayam ibu ayam, penghuni kandang ayam pojok RT. Ayam adalah juga hewan, bukan bebek, bukan angsa, bukan burung, bukan anjing, bahkan bukan manusia. Identitas mana yang primer mana yang sekunder, itu soal cara pandang.
Rabu, 16 Februari 2011
LA UBALI, GAK PATHEKEN
EMHA AINUN NADJIB
JUMAT kemarin kita omong-omong soal Yaumul Marhamah, hari kasih sayang "versi Islam" yang diambil dari peristiwa mulia dan aspirasi demokrasi-plus Muhammad SAW.
JUMAT kemarin kita omong-omong soal Yaumul Marhamah, hari kasih sayang "versi Islam" yang diambil dari peristiwa mulia dan aspirasi demokrasi-plus Muhammad SAW.
Senin, 14 Februari 2011
RAGAM EKSPRESI BERAGAMA
Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
Jumat, 11 Februari 2011 10:38
KEYAKINAN agama itu bersifat abstrak, tidak kelihatan (intangible), tetapi dampak atau bekas sebuah keyakinan beragama sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Jumat, 11 Februari 2011 10:38
KEYAKINAN agama itu bersifat abstrak, tidak kelihatan (intangible), tetapi dampak atau bekas sebuah keyakinan beragama sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari.
"ISLAMIC VALENTINE DAY"
EMHA AINUN NADJIB
JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta kemanusiaan.
JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta kemanusiaan.
Rabu, 09 Februari 2011
INDONESIA JANGAN SAMPAI BESAR
INDONESIA adalah bangsa besar. Tanda kebesarannya antara lain lapang jiwanya, sangat suka mengalah, tidak lapar kemenangan dan keunggulan atas bangsa lain, serta tidak tega melihat masyarakat lain kalah tingkat kegembiraannya dibanding dirinya.
REKAYASA PERUBAHAN ALA TUHAN
Ketika Tuhan mulai bosan melihat kezaliman Namruz dan kebodohan rakyatnya, Ia memutuskan untuk menciptakan perubahan melalui seorang rasul-Nya. Dengan alasan yang tidak dijelaskan, Tuhan memilih keluarga pencipta berhala untuk menjadi rumah tempat terlahirnya seorang calon pembaharu, penggerak aksi antiberhala.
TIDAK MENJADI INDONESIA
Setiap kali menjelang 17 Agustus, saya mendapati iklan peringatan kemerdekaan yang selalu sama. Anak-anak bermain layang-layang di pematang sawah, gadis-gadis dengan kemben dan sarung mencuci pakaian di sungai, serta petani dan nelayan dengan senyum semringah bekerja secara ikhlas. Lalu semuanya ditutup dengan kalimat mengenai semangat nasionalisme pada hari kemerdekaan. Saya tidak percaya semua anak di Indonesia riang gembira seperti yang saya lihat pada iklan itu. Ada banyak anak yang tidak bisa sekolah, terpaksa bekerja, menjadi korban pelecehan seksual, dan ada yang menjadi korban perdagangan anak. Kalau saja saya boleh memilih, barangkali saya akan menolak dilahirkan dan menjadi warga negara Indonesia. Tapi memang saya tidak bisa memilih untuk bisa dilahirkan di mana dan oleh siapa. Saya lahir dan besar di Banda Aceh. Saya cukup beruntung tinggal di ibu kota provinsi, yang pada masa konflik "hanya" mendengar suara ledakan bom dan kontak senjata dari belakang jendela kamar. Pada masa itu, di beberapa daerah banyak anak yang mengalami nasib lebih buruk daripada sekadar mendengar suara ledakan atau senapan.
Langganan:
Postingan (Atom)