Jumat, 25 Maret 2011

KUN FA YAKUN

24 Juli 2010 pukul 12:07, saya meng-copy-paste sebuah kisah populer yang terjadi pada zaman khalifah Al-Makmun ke Facebook ke dalam catatan agar dapat dibaca oleh kawan-kawan yang menggunakan ponsel. Hikayat ini, di banyak buku, biasanya diberi judul singkat: MUKJIZAT SEMANGKA.
4 hari kemudian, catatan itu dikomentari seorang kawan yang akhirnya membawa kami berdiskusi lumayan panjang.
Berikut ini petikannya:

------------------------------------------------------------
Kun tuhan itu berproses ya..?
28 Juli 2010 pukul 15:51
------------------------------------------------------------
Mohon penjelasannya.,!
28 Juli 2010 pukul 19:25 melalui Facebook Seluler
------------------------------------------------------------
Entahlah. Setahuku, jutaan tahun sebelum manusia dikirim ke bumi, Sang Tuhan terlebih dahulu mengirimkan dinosaurus dan makhluk-makhluk raksasa lainnya. Mereka inilah yang kemudian menjadi minyak bumi, bahan bakar fosil itu. Sayangnya, kita... manusia, sanggup menghabiskannya hanya dalam hitungan ratusan tahun. Sisa yang masih ada sekarang entah akan bertahan sampai kapan.

Juga, kalau tak salah, lebih dari satu kali Al-Quran menyatakan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dalam tempo enam "hari".
28 Juli 2010 pukul 23:12
------------------------------------------------------------
Sandal Jepit
ketika musim hujan, apakah tuhan harus menunggu selesainya musim hujan untuk kemudian menghadirkan kemarau.? atau apakah tuhan bisa saja menghadirkan musim kemarau di tengah musim hujan.?
*maaf, agak keluar dari area nangka*
29 Juli 2010 pukul 0:02 melalui Facebook Seluler
------------------------------------------------------------
Muhammad Abid
Hukum alam adalah hukum (Tuhan yang berlaku di) alam. Al-Quran sendiri menjelaskan bahwa segala sesuatu berjalan dalam QADAR (ukuran) tertentu yang pasti dan tidak berubah. Air mendidih di suhu 100 derajat dan membeku pada 0 derajat (di sini kita punya pilihan dan dapat mencairkan yang beku atau mendidihkan yang cair), api itu panas dan membakar, dsb. Namun ada pula hukum-hukum alam itu yang hingga saat ini belum kita pahami bagaimana cara kerjanya. Jika ada manusia yang tak terbakar api, itu karena pada waktu api menyentuhnya, di situ, di kulitnya, mungkin juga di sekelilingnya, ia diliputi oleh zat anti-api. Soal bagaimana itu bekerja, itu yang kita belum tahu. Hal-hal seperti ini sering dipertunjukkan oleh "orang-orang sakti tanpa mantra". Di sini kita masih bicara tentang hukum alam. Belum pengecualiannya.

Di samping hukum alam ini, ada pula hukum yang lain. Apalagi jika kita bicara soal kehendak mutlak Tuhan. Tuhan bisa saja berbuat semau-mau-Nya (Al-Jabbar), tapi Dia sama sekali jauh, bahkan mustahil berbuat zalim.
Kemarau di tengah musim hujan bahkan bisa terjadi tanpa campur tangan langsung Tuhan, tapi semata-mata karena kesalahan kita dalam TATA KELOLA BUMI. Jika awan yang berada di langit itu semakin SAKIT, ia bisa saja malah membeku, bukannya mencair, lalu terjadilah hujan es batu.

Kok panjang sekali ya? Ya sudah, ini paragraf terakhir. Jika Tuhan yang Mahakuasa itu menunjukkan secara gamblang kepada kita tentang TATA KELOLA DAN PERENCANAAN YANG TERATUR, mengapa kita yang terbatas dan tak berdaya ini kok masih bisa santai dan sesuka hati sambil berharap segala sesuatu akan baik-baik saja? Bahkan kita selalu mengharapkan keajaiban! Padahal, wahyu terakhir itu, bahwa agama DISEMPURNAKAN sedang nikmat DICUKUPKAN. Cukup bukan cuma soal puas dan tak puas. CUKUP mutlak terkait dengan tata kelola dan perencanaan teratur. 10 adalah banyak untuk 1 orang, pas/cukup untuk 10 orang, tapi menjadi kurang jika untuk 20 orang. Bumi (Al-Ardh) yang kita khalifahi ini, sama seperti kita, tidak sempurna dan terbatas. Ia hanya mampu memberikan apa yang ia punya. Masalah kitalah jika menuntut melebihi sanggupnya, seperti tuntutan sang khalifah dalam cerita Mukjizat Semangka.
Wallahu a'lam.
29 Juli 2010 pukul 0:34


.........TERKAIT.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...