Selasa, 15 Februari 2011

Sebuah Kisah + Selusin Pertanyaan

KISAH KAISAR DAN BENIH

Ada seorang kaisar di Cina. Ia sudah tua dan merasa sudah waktunya untuk memilih seorang pengganti. Namun ia tidak langsung memilih dari anak-anaknya atau pembantunya tetapi menempuh cara yang berbeda. Ia memanggil semua orang muda di negeri itu. Ia berkata, “Sudah saatnya saya turun tahta dan memilih kaisar baru. Saya memutuskan untuk memilih salah satu dari kalian.”

Kaisar itu melanjutkan, “Saya akan memberikan pada kalian masing-masing satu benih tanaman. Ini satu benih yang khusus. Pulanglah dan tanamlah benih itu dan peliharalah. Kembalilah setahun lagi dan tunjukkan hasil pekerjaan kalian. Dari tanaman yang kamu bawa saya akan memilih kaisar berikutnya.”

Ada seseorang bernama Ling yang juga ada di situ. Seperti lainnya ia membawa pulang sebuah benih. Ia pulang ke rumah dan menceritakan semuanya kepada ibunya. Ibunya membantunya menyiapkan sebuah pot tanaman dan tanah yang subur, dan Ling pun menanam benihnya dan menyiraminya setiap hari. Setiap hari Ling memeriksa apakah benihnya telah tumbuh.

Setelah tiga minggu, anak-anak muda di situ mulai membicarakan tanamannya yang sudah mulai tumbuh. Namun benih Ling tak pernah tumbuh. Tiga minggu, empat minggu, lima minggu berlalu. Tetap tak ada hasil apa-apa.

Setahun akhirnya berlalu dan anak-anak muda itu kembali berkumpul di istana kaisar. Mereka membawa tanaman mereka yang telah tumbuh dengan bunga yang indah-indah. Ling menaruh potnya yang kosong di lantai dan orang-orang menertawakannya.

Kaisar pun masuk dan memeriksa tanaman-tanaman itu. Ling bersembunyi di belakang. Kaisar berkata, “Sungguh tanaman yang indah. Hari ini saya akan memilih salah seorang di antara kalian sebagai kaisar!”

Tiba-tiba kaisar melihat Ling yang sedang bersembunyi di belakang dengan potnya yang kosong. Kaisar memanggilnya untuk maju ke depan. Ling sangat ketakutan. “Kaisar telah tahu saya gagal! Mungkin ia akan menghukum saya!” pikirnya.

Ketika Ling sudah di depan, kaisar bertanya siapa namanya. “Nama saya Ling”, jawabnya. Anak-anak muda lainnya tertawa dan mengolok-oloknya. Kaisar berseru agar mereka tenang lalu ia mengumumkan “Anda telah memiliki kaisar baru, namanya Ling!”

Semua orang tak mempercayainya. Ling tak berhasil menumbuhkan benihnya, bagaimana ia terpilih menjadi kaisar baru?

Kemudian kaisar berkata, “Setahun yang lalu, saya telah memberi pada kalian, masing-masing sebuah benih. Saya perintahkan pada kalian untuk menanam benih itu dan memeliharanya. Tetapi yang kuberikan pada kalian adalah benih yang telah dididihkan dan tidak mungkin tumbuh. Kalian semua, kecuali Ling, membawa tanaman yang telah berbunga. Ketika kalian mendapati benih kalian tidak tumbuh, kalian lalu menggantinya dengan benih lain. Ling satu-satunya yang dengan berani dan jujur membawa pot dengan benih yang saya berikan. Maka ia pantas menjadi kaisar baru!”

Sumber artikel, dari buku:

Dr. Sudarmono, (2010). Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi,

Idea Press, Yogyakarta. Hal. 159-161. ISBN 978-6028-686-402.

***

SELUSIN PERTANYAAN
  1. Mengapa cerita di atas dibuat terlalu sederhana?
  2. Haruskah Ling bersedia menjadi kaisar baru ataukah ia berhak memiliki pilihan lain?
  3. Tidakkah akan lebih mudah baginya menjadi rakyat jelata di negeri lain ketimbang harus menjadi kaisar dan berusaha menyembuhkan masyarakat yang sakit parah itu?
  4. Jika Ling punya pilihan, mana yang harus dipilih? Yang lebih mudah ataukah yang maha berat tanggung jawabnya?
  5. Jika Ling menolak menjadi kaisar, sanggupkah masyarakat yang sakit parah itu menyembuhkan diri mereka sendiri tanpa bantuan Ling?
  6. Siapa yang salah sehingga masyarakat Ling menderita sakit separah itu? Masyarakat, kaisar sendiri, ataukah keduanya?
  7. Jika kemudian Ling bersedia menjadi kaisar tetapi gagal menjadi pemimpin yang sehat dan menyehatkan, siapa lagi yang akan disalahkan? Ling, masyarakat, ataukah kaisar sebelumnya?
  8. Akankah Ling mendapat penghormatan dari masyarakat yang sejak awal telah meremehkannya?
  9. Jika kondisi semakin parah, apakah masyarakat akan mengenang kembali masa-masa stabil selama kepemimpinan kaisar sebelumnya tanpa pernah menyadari (mengakui?) bahwa mereka sendiri turut berperan (sangat?) aktif dalam memperparah penyakit akut itu?
  10. Jika wabah dalam masyarakat itu justru ditularkan oleh kaisar kepada masyarakatnya, pantaskah ia dan keluarganya seenaknya mencuci tangan dan menyerahkan semua tanggung jawab untuk menyembuhkan masyarakat ke pundak Ling? Sementara ia sendiri hanya dikenang sebagai pahlawan berjasa yang dosa-dosanya telah ditebus oleh jasa-jasanya?
  11. Adakah kita dalam kisah di atas? Jika ada, siapakah kita? Kaisar, Ling, ataukah masyarakat yang sakit itu?
  12. Haruskah setiap penulis selalu memberi jawaban sehingga kadang/sering tampak terlalu sok tahu, serta tak boleh ikut bingung dan bertanya?


.........TERKAIT.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...